Macam-macam
penyakit menurun pada genetika sebagai berikut :
1.PENYAKIT DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah penyakit yang diakibatkan oleh peningkatan kadar
gula darah akibat kurangnya insulin dan disertai oleh kelainan-kelainan
metabolika yang dapat menimbulkan komplikasi. Kekurangan insulin ini merupakan
kekurangan insulin absolut atau kekurangan insulin relatif. .Pada umumnya
penyakit diabetes ini ditemukan di daerah perkotaan. banyak yang menganggap
bahwa penyakit diabetes ini adalah penyakit keturunan padahal dari sejumlah
penderita penyakit kencing manis ini sangat sedikit yang tercatat karena
disebabkan oleh faktor keturunan.
Penyakit kencing manis pada umumnya
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak terkontrol atau sebagai efek
samping dari pemakaian obat-obat tertentu. Berikut ini faktor yang dapat
menyebabkan seseorang beresiko terkena diabetes
- Faktor keturunan
- Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun
- Tekanan darah tinggi
- Angka Triglycerid (salah satu jenis molekul lemak) yang tinggi
- Level kolesterol yang tinggi
- Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi makanan instan
- Merokok dan Stress
- Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat
- Kerusakan pada sel pankreas
Ciri-ciri kencing manis & gejala
diabetes
Gangguan metabolisme karbohidrat ini
menyebabkan tubuh kekurangan energi, itu sebabnya penderita diabetes melitus
umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar. Gejala umum yang dirasakan bagi
penderita diabetes yaitu :
- Banyak kencing (polyuria) terutama pada malam hari
- Gampang Haus dan banyak minum (polydipsia)
- Mudah lapar dan banyak makan (polyphagia)
- Mudah lelah dan sering mengantuk
- Penglihatan kabur
- Sering pusing dan mual
- Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu
- Berat badan menurun terus
- Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki
Semua Gejala itu merupakan efek dari
kadar gula darah yang tinggi yang akan mempengaruhi ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk mengencerkan glukosa sehingga
penderita sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak (poliuri) dan Akibat
poliuri ini maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum
(polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Penyebab penyakit diabetes mellitus
:
- Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula
- Kurang tidur
- Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
- Merokok
- Kurangnya aktivitas fisik
- Faktor keturunan
Pengobatan diabetes mellitus
Obat untuk penderita diabetes
mellitus dikenal sebagai obat hipoglikemik atau obat penurun kadar glukosa
dalam darah. Walaupun efektif dan mudah dipakai, penggunaan obat ini harus
sesuai dosis atau berdasarkan petunjuk dokter. Bila dosis terlalu rendah
komplikasi kronis akan muncul lebih dini. Sedang dosis yang berlebih atau cara
pemakaian yang salah dapat menimbulkan hipoglikemia.
Obat hipoglikemik ada dua macam.
Yaitu berupa suntikan dan berupa tablet. Untuk sebagian orang, istilah obat
sendiri memang sudah ditinggalkan. Karena tidak ada obat yang dapat
menyembuhkan diabetes millitus. Penyembuhan hanya bisa bila disertai sikap
hidup -perencanaan makan yang benar. Ada 2 golongan obat hipoglikemik oral
yaitu golongan sulfonilurea dan biguanid.
1.
Pengobatan
Medis
Yang dimaksud pengobatan medis
adalah pengobatan dengan disiplin kedokteran. Obat medis dapat dibagi dalam beberapa
golongan:
SULFONILUREA Golongan ini dapat
menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi dengan cara merangsang keluarnya
insulin dari sel b Pankreas. Dengan demikian bila pankreas sudah rusak dan
tidak dapat memproduksi insulin lagi maka obat ini tidak dapat digunakan.
Karena itu obat ini tidak berguna bagi penderita diabetes millitus tipe I.
Namun, akan berkhasiat bila diberikan pada pasien diabetes millitus tipe II
yang mempunyai berat badan normal.Penggunaan obat golongan sulfonilurea pada
yang gemuk dan obesitas harus hati-hati. Karena mungkin kadar insulin dalam
darah sudah tinggi (hiperinsulinemia). Hanya saja insulin yang ada tidak dapat
bekerja secara efektif. Pada penderita diabetes mellitus dengan obesitas,
pemberian obat golongan ini akan memacu pankreas mengeluarkan insulin lebih
banyak lagi. Akibatnya keadaan hiperinsulmnemia menjadi lebih tinggi. Ini
berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit….
BIGUANID Obat golongan biguanid
bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin yang
diproduksi oleh tubuh sendiri. Obat ini tidak merangsang peningkatan produksi
insulin sehingga pemakaian tunggal tidak menyebabkan hipoglikemia.Obat golongan
biguanid dianjurkan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes mellitus dengan
obesitas (BBR> 120%). Untuk penderita diabetes mellitus yang gemuk (BBR>
110%) pemakaiannya dapat dikombinasikan dengan obat golongan sulfonilunea.Efek
samping yang sering terjadi dari pemakaian obat golongan biguanid adalah
gangguan saluran cerna pada hari-hari pertama pengobatan. Untuk menghindarinya,
disarankan dengan dosis rendah dan diminum saat makan atau sesaat sebelum
makan. Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan memakai obat golongan ini.
ACARBOSE Acarbose bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan karbohidrat menjadi glukosa. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah makan tidak meningkat tajam. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna akan dimanfaatkan oleh bakteri di usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi kembung, sering buang angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat ini bisa dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi efek hipoglikemia hanya dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau dextrose. Gula pasir tidak bermanfaat.Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu makan dan tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan usia kurang dan 18 tahun, gangguan pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180 mg/dl.
ACARBOSE Acarbose bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan karbohidrat menjadi glukosa. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah makan tidak meningkat tajam. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna akan dimanfaatkan oleh bakteri di usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi kembung, sering buang angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat ini bisa dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi efek hipoglikemia hanya dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau dextrose. Gula pasir tidak bermanfaat.Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu makan dan tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan usia kurang dan 18 tahun, gangguan pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180 mg/dl.
INSULIN Insulin diinjeksikan sebagai
obat untuk menutupi kekurangan insulin tubuh (endogen) karena kelenjar sel b
pankreas tidak dapat mencukupi kebutuhan yang ada. Pengobatan dengan insulin
berdasarkan kondisi masing-masing penderita dan hanya dokter yang berkompeten
memilih jenis serta dosisnya. Untuk itu insulin digunakan pada pasien diabetes
millitus tipe I. Penderita golongan ini harus mampu meyuntik insulin sendiri.
Untuk sebagian penderita diabetes
millitus tipe II, juga membutuhkan pemakaian insulin. Indikasi berikut
menunjukkan bahwa penderita perlu menggunakan insulin.
- Kencing manis dengan komplikasi akut seperti misalnya ganggren.
- Ketoasidosis dan koma lain pada penderita.
- Kencing manis pada kehamilan yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.
- Berat badan penderita menurun cepat.
- Penyakit diabetes mellitus yang tidak berhasil dikelola dengan tablet hipoglikemik dosis maksimal.
- Penyakit disertai gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat.
- Ada berbagai jenis insulin, yaitu Insulin Kerja Cepat (Short acting insuline), Insulin Kerja Sedang (Intermediate acting insuline) dan Insulin Premiks (Premixing insuline) yang merupakan campuran Short acting insuline dan Intermediate acting insuline. Ada juga insulin yang memiliki daya kerja 24 jam (Long acting insuline).
2.
Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional, pengobatan
dengan menggunakan bahan dari tanaman berkhasiat obat sudah dikenal sejak
ribuan tahun yang lalu. Secara umum paham ini disebut herbalisme, yaitu satu
usaha memperbaiki fungsi tubuh dengan menggunakan bahan tumbuh-tumbuhan, baik
berasal dari satu tumbuhan ataupun dari ramuan beberapa tumbuhan. Dalam
herbalisme ada prinsip dasar, yaitu menggunakan tumbuhan secara utuh. Jadi
bukan mengambil zat yang bermanfaat untuk penyakit tertentu saja atau bahkan
meggunakan campuran-campuran bahan sintetik. Pembuatan obat tradisional ini
cukup sederhana, sehingga siapa saja yang mau mempelajarinya tentu dapat
mengolahnya.
Antara
pengobatan medis dan pengobatan tradisional
Ada perbedaan antara pengobatan
tradisional dengan pengobatan secara medis (ilmu kedokteran modern). Pengobatan
medis sifatnya menghancurkan. Untuk itu reaksi yang didapat biasanya cepat
terasa. Sedangkan obat tradisional sifatnya membangun. Reaksi yang ada cukup
lambat.
Hal di atas memang sesuai dengan
prinsip dasar pengobatan medis dan herbalisme. Pengobatan tradisional berpegang
pada keseimbangan fungsi organ tubuh secara alami. Sehingga ia tidak hanya mengobati
atau menghilangkan gejala satu penyakit, tetapi berusaha mengembalikan fungsi
tubuh hingga menjadi seimbang kembali. Pengobatan tradisional biasanya kurang
cocok untuk hal-hal yang sifatnya harus cepat penanganannya, misalnya untuk
infeksi akut. Sebaliknya pengobatan tradisional sangat bagus untuk
penyakit-penyakit kronis yang bahkan tidak sanggup lagi diobati dengan cara
medis.
Pada dasarnya tubuh kita mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk menyembuhkan penyakit. Timbulnya satu penyakit
sendiri dimengerti karena fungsi tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak
seimbangan ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor lingkungan,
fisik, emosi/kejiwaan, juga faktor sosial misalnya perubahan kebiasaan makan,
dsb. Jadi bila terdapat satu gangguan di tingkat sel atau disfungsi di satu
bagian tubuh, maka hal ini akan menyebabkan ketidak seimbangan dibagian lain.
Apabila tubuh kita tidak dapat mengatasi hal ini, maka akan timbul satu
penyakit. Penyakit itu sendiri akhirnya menrupakan disfungsi dari satu bagian
tubuh yang akan menimbulkan ketidak seimbangan dibagian yang lain. Demikian
seterusnya. Contoh kejadian ini bisa kita lihat dengan jelas pada komplikasi
yang disebabkan oleh diabetes millitus (baca halaman komplikasi).
Dalam herbalisme dikenal satu
istilah reaksi balik atau tindak balas. Tindak balas ini berhubungan langsung
dengan sistem kekebalan tubuh. Dalam tindak balas ini sistem kekebalan tubuh
kita membuang zat-zat atau sisa produk (racun) yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Jadi dalam tindak balas terjadi satu proses detoksifikasi. Tindak balas
ini sangat berbeda dengan apa yang dalam ilmu kedokteran disebut disease
crisis. Disease crisis terjadi karena tubuh tidak sanggup menghadapi satu
penyakit atau zat-zat yang dianggap racun oleh tubuh termasuk bahan-bahan kimia
dari obat-obatan medis. Oleh sebab itulah dalam ilmu kedokteran selalu
ditekankan adanya efek sampingan.
2.PENYAKIT ASMA
Asma adalah salah satu jenis
penyakit dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan dan peradangan yang
disebabkan oleh rangsangan tertentu, orang yang mengalami serangan asma akan
mengalami sesak nafas dengan nafas yang berbunyi, biasanya disertai dengan
batuk. Serangan asma bisa terjadi secara tiba-tiba, yaitu ketika seorang
penderita asma terpapar oleh faktor pemicu.
Faktor pemicu asma
Agar serangan asma tidak terjadi,
maka penderita harus menghindari faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
serangan asma, yaitu :
- Debu yang menempel diperabotan rumah tangga seperti karpet, sofa, boneka, atau bagian lain didalam rumah yang menyimpan banyak debu
- Bulu binatang seperti kucing
- Asap kendaraan bermotor dan asap rokok
- Asap obat nyamuk
- Debu dari kapur tulis
- Infeksi dari saluran pernafasan
- Perubahan cuaca / musim pancaroba
- Parfum dan bau-bauan yang sangat menyengat
Cara mengatasi asma
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi penyakit asma, antara lain :
- Melakukan olahraga ringan seperti yoga dan latihan kekuatan secara rutin, sebaiknya jangan melakukan olahraga yang berat seperti sepakbola, bola basket, dan olahraga berat lainnya
- Menjaga berat badan, jangan sampai penderita mengalami obesitas
- Hindari dan jaga penderita dari faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya serangan asma
- Buat rencana tertulis seperti menghindari pemicu, bagaimana mengkonsumsi obat dengan benar, kesadaran terhadap gejala dan apa yang harus dilakukan ketika gejala memburuk.
3.PENYAKIT ALBINO
Albino (dari bahasa Latin albus yang
berarti putih), disebut juga hypomelanism atau hypomelanosis, adalah salah satu
bentuk dari hypopigmentary congenital disorder.
Albino adalah sebutan bagi penderita Albinisim. Albinism adalah suatu kelainan pigmentasi kulit bawaan, dikarenakan kurang atau tidak adanya pigmen melanin di dalam kulit. Keadaan tersebut bersifat genetik atau diwariskan.
Albino adalah sebutan bagi penderita Albinisim. Albinism adalah suatu kelainan pigmentasi kulit bawaan, dikarenakan kurang atau tidak adanya pigmen melanin di dalam kulit. Keadaan tersebut bersifat genetik atau diwariskan.
Albino adalah murni penyakit
kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan tidak dapat ditularkan memalui
kontak fisik ataupun melalui transfusi darah. Penyakit albino biasanya terjadi
pada anak yang orang tuanya normal karena albino merupakan gen yang bersifat
tetap dan dapat diturunkan dari pendahulu yang ada diatasnya. Sebenrnya albino
adalah panyakit perpaduan gen resesif pada orang tua dan menjadi gen dominan
pada anak mareka. Gen resesif sendiri adalah gen yang tidak muncul pada diri
kita sedangkan gen dominan adalah gen yang muncul pada diri kita dan menjadi
sifat fisik dari kita.
Hilangnya pigmen pada penderita albino meyebabkan mereka menjadi sangat sensitive terhadap cahaya matahari sehingga mudah terbakar dan mereka harus melindungi kulit mereka dengan menggunakan sunblock.
Hilangnya pigmen pada penderita albino meyebabkan mereka menjadi sangat sensitive terhadap cahaya matahari sehingga mudah terbakar dan mereka harus melindungi kulit mereka dengan menggunakan sunblock.
Beberapa penyebab albino
Albino adalah kelainan genetik bukan
penyakit infeksi dan dapat ditransmisi melalui kontak,tranfusi dsb,Gen albino
menyebabkan tubuh tidak dapat membuat pigmen melanin yang meruakan pigmen
penting untuk menyerap UV.
Albino disebabkan karena mutasi pada
salah satu gen yang memberikan instruksi kode kimia untuk membuat salah satu
dari beberapa protein yang terlibat dalam produksi pigmen melanin,melanin
dihasilkan oleh sel yang disebut melanosit yang ditemukan pada kulit dan mata
mutasi gen mungkin menyebabkan tidak ada produksi melnin pada semua atau
penurunan yang signifikan dalam jumlah melanin.
Ciri-ciri penyakit albino
Ciri-ciri penyakit albino sebagai
berikut :
- Mempunyai kulit dan rambut abnormal yaitu berwarna putih susu atau putih pucat
- Memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil merah (tidak semua)
- Hilangnya pigmen melanin pada mata,kulit,dan rambut (atau lebih jarang hanya ada mata)
- Rabun jauh dan rabun dekat yang sangat ekstrim
Gejala penyakit albino
Penderita penyakit ini akan mengalami
gejala pada rambut, kulit atau iris mata yang berwarna putih. Selain itu
penderita juga akan mengalami gangguan penglihatan. Penderita juga akan
mengalami rasa takut jika terkena sinar matahari hingga mudah terkena luka
bakar. Melanin juga dapat berfungsi untuk melindungi kulit terhadap sinar
matahari, maka dengan tidak memilikinya dapat membuat penderita mengalami hal
yang sebaliknya.
Diagnosis penyakit albino
Sama halnya dengan penyakit lain,
diagnosis penyakit ini dilakukan untuk mengetahui gejala yang dialami penderita
ada kesesuaian dengan pertanda dari penyakit ini. Dan itu dapat dilihat melalui
pemeriksaan fisik.
Cara mengobati penyakit albino
Langkah untuk mengobati penyakit ini
adalah, penderita harus melindungi mata dan kulitnya dari sinar matahari, hal
itu bisa ditempuh dengan menggunakan alat pembantu seperti kacamat
pelindung sinar matahari, atau bisa juga dengan memakai lotion tabir surya yang
sangat efektif untuk melindungi kulit.
4.PENYAKIT BUTA WARNA
Buta warna adalah suatu kelainan
yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan
genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini
sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom
X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang
membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita
terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang
membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak
mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi
wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada
anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka
seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel
batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap
warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina
mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
Penyebab penyakit buta warna
Berikut ini beberapa penyebab
penyakit buta warna :
- Bawaan lahir.
- Kurangnya jumlah sel pada retina yang biasanya merupakan keadaan yang diwariskan orang tua ke anaknya, mengakibatkan perbedaan daya tangkap warna dibanding orang lain.
- Masalah medis semisal glaucoma, katarak hingga diabetes juga dapat menimbulkan kondisi sulit mencerna ragam warna.
- Dampak penuaan.
Tanda dan gejala penyakit buta warna
Tanda seorang mengalami buta warna
tergandung pada beberapa factor; apakah kondisinya disebabkan factor genetik,
penyakit, dan tingkat buta warnanya; sebagian atau total. Gejala umumnya adalah
kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering terjadi), atau
kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang ditemukan).Gejala untuk kasus
yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk bayangan abu-abu (kondisi
ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan berkurang.
Gangguan persepsi warna dapat
dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang disebut dengan Ishuhara
Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang dibentuk dari titik-titik
berwarna. Gambar digantung di bawah pencahayaan yang baik dan pasien diminta
untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap
ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih detail lagi akan diberikan.
Pengobatan pada penyakit buta warna
Tidak ada pengobatan atau tindakan
yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah gangguan persepsi warna. Namun
penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek
tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat
digunakan kacamata berlensa dengan filter warna khusus yang memungkinkan pasien
melakukan interpretasi kembali warna.
Gambar penyakit buta warna
5.PENYAKIT DOWN SINDROM
Down sindrom merupakan kelainan
genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3,[1] yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada
tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti
tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan
yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini
dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah
yang sama.
Down sindrom adalah kelainan
kromosom yang disebabkan oleh kesalahan dalam pembelahan sel yang menghasilkan
kromosom 21 ekstra. Kondisi ini menyebabkan gangguan di kedua kemampuan
kognitif dan pertumbuhan fisik yang berkisar dari ringan sampai sedang cacat
perkembangan. Melalui serangkaian pemutaran dan tes, sindrom Down dapat
dideteksi sebelum dan sesudah bayi lahir.
Ciri-ciri penyakit down sindrom
Ciri-cirinya sebagai berikut :
- Mata yang memiliki kemiringan ke atas, celah miring, lipatan kulit epicanthic di sudut bagian dalam, dan bintik-bintik putih di iris
- Rendah tonus otot
- Kecil bertubuh pendek dan leher
- Datar hidung jembatan
- Single, dalam lipatan di bagian tengah telapak tangan
- Menonjol lidah
- Besar ruang antara kaki besar dan kedua
- Sebuah alur tunggal fleksi jari kelima
Individu dengan sindrom Down
biasanya memiliki profil perkembangan kognitif indikasi ringan sampai sedang
keterbelakangan mental. Namun, perkembangan kognitif pada anak-anak dengan
sindrom Down sangat variabel. Anak-anak dengan sindrom Down sering mengalami
keterlambatan berbicara dan membutuhkan terapi bicara untuk membantu dengan
bahasa ekspresif. Selain itu, keterampilan motorik halus yang tertunda dan
cenderung tertinggal keterampilan motorik kasar. Anak-anak dengan sindrom Down
tidak mungkin berjalan sampai usia 4, tetapi beberapa akan berjalan pada usia
2. Meskipun banyak dengan keterlambatan perkembangan kondisi pengalaman, tidak
jarang bagi mereka dengan sindrom Down untuk bersekolah dan menjadi aktif,
bekerja anggota dalam masyarakat.
Penyebab penyakit down sindrom
Penyebab down sindrom adalah
translokasi sindrom down. Down syndrome juga dapat terjadi ketika bagian dari
kromosom 21 melekat (translokasi) ke kromosom lain, sebelum atau pada saat
pembuahan. Anak-anak dengan sindrom down translokasi memiliki dua salinan
kromosom 21 yang biasa, tetapi mereka juga memiliki bahan tambahan dari
kromosom 21 melekat pada kromosom translokasi.
Sindrom down disebabkan oleh faktor
genetik (warisan), namun pada kenyataannya sindrom down tidak disebabkan oleh
kesalahan dalam pembelahan sel selama pengembangan sperma, sel telur atau
embrio.
Translokasi down sindrom adalah
satu-satunya bentuk gangguan yang dapat ditularkan dari orangtua ke anak.
Namun, hanya sekitar 4 persen anak-anak dengan sindrom down terjadi
translokasi. Dan hanya sekitar setengah dari anak-anak ini mewarisi dari salah
satu orangtua mereka. Ketika translokasi diwarisi, ibu atau ayah adalah pembawa
seimbang dari translokasi, yang berarti ia memiliki beberapa materi genetik
ulang, namun tidak ada bahan genetik tambahan.
Pengobatan penyakit down
sindrom
Karena tidak ada obat, tujuan
pengobatan sindrom Down adalah untuk mengontrol gejala dan mengelola
setiap kondisi medis yang dihasilkan. Ini termasuk pemeriksaan rutin dan pemeriksaan,
obat-obatan, dan pembedahan. Konseling dan dukungan kelompok juga aspek
pengobatan bagi mereka yang membutuhkan bantuan dalam menghadapi aspek
emosional dan praktis dari sindrom Down. Pengobatan untuk sindrom
Down dapat meliputi:
- Regular pemeriksaan dan skrining
- Obat-obatan
- Operasi
- Konseling dan dukungan.
6.PENYAKIT HEMOFILIA
Hemofilia adalah penyakit
genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan perdarahan yang diturunkan
dari orang tua kepada anaknya dimana protein yang diperlukan untuk pembekuan
darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit. Penyakit ini ditandai dengan
sulitnya darah untuk membeku secara normal. Apabila penyakit ini tidak
ditanggulangi dengan baik maka akan menyebabkan kelumpuhan, kerusakan pada
persendian hingga cacat dan kematian dini akibat perdarahan yang berlebihan.
Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan sendi
yang nyeri dan menahun
Hemofilia termasuk penyakit yang
tidak populer dan tidak mudah didiagnosis. Karena itulah para penderita
hemofilia diharapkan mengenakan gelang atau kalung penanda hemofilia dan selalu
membawa keterangan medis dirinya. Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika
penderita hemofilia terpaksa harus menjalani perawatan di rumah sakit atau
mengalami kecelakaan. Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh
mendapat suntikan kedalam otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan,
Hemofilia memiliki dua tipe, yakni tipe A dan B. Hemofilia A terjadi akibat
kekurangan faktor antihemofilia atau faktor VIII. Sedangkan hemofilia B muncul
karena kekurangan faktor IX.
Penyakit ini diturunkan orang tua
kepada seorang anak melalui kromosom X yang tidak muncul. Saat wanita membawa
gen hemofilia, mereka tidak terkena penyakit itu. Jika ayah menderita hemofilia
tetapi sang ibu tidak punya gen itu, maka anak laki-laki mereka tidak akan
menderita hemofilia, tetapi anak perempuan akan memiliki gen itu. Jika seorang
ibu adalah pembawa dan sang ayah tidak, maka anak laki-laki akan berisiko
terkena hemofilia sebesar 50 persen, dan anak perempuan berpeluang jadi pembawa
gen sebesar 50 persen.
Gejala Penyakit Hemofilia
Gejala yang mudah dikenali adalah
bila terjadi luka yang menyebabkan sobeknya kulit permukaan tubuh, maka darah
akan terus mengalir dan memerlukan waktu berhari-hari untuk membeku. Bila luka
terjadi di bawah kulit karena terbentur, maka akan timbul memar/ lebam kebiruan
disertai rasa nyeri yang hebat pada bagian tersebut. Perdarahan yang
berulang-ulang pada persendian akan menyebabkan kerusakan pada sendi sehingga
pergerakan jadi terbatas (kaku), selain itu terjadi pula kelemahan pada otot di
sekitar sendi tersebut.
Gejala akut yang dialami penderita
Hemofilia adalah sulit menghentikan perdarahan, kaku sendi, tubuh membengkak,
muncul rasa panas dan nyeri pascaperdarahan, Sedangkan pada gejala kronis,
penderita mengalami kerusakan jaringan persendian permanen akibat peradangan
parah, perubahan bentuk sendi dan pergeseran sendi, penyusutan otot sekitar
sendi hingga penurunan kemampuan motorik penderita dan gejala lainnya.
Hemofilia dapat membahayakan jiwa penderitanya jika perdarahan terjadi pada
bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
* Apabila terjadi benturan pada
tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan (pendarahan dibawah kulit)
* Apabila terjadi pendarahan di
kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti.
* Pendarahan dalam kulit sering
terjadi pada persendian seperti siku tangan, lutut kaki sehingga mengakibatkan
rasa nyeri yang hebat.
Bagi mereka yang memiliki
gejala-gejala tersebut, disarankan segera melakukan tes darah untuk mendapat
kepastian penyakit dan pengobatannya. Pemberian transfusi rutin berupa
kriopresipitat-AHF atau Recombinant Factor VIII untuk penderita Hemofilia A dan
plasma beku segar untuk penderita hemofilia B. Terapi lainnya adalah pemberian
obat melalui injeksi. Baik obat maupun transfusi harus diberikan pada penderita
secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya sedikit
penderita yang mampu bertahan hingga usia dewasa. Karena itulah kebanyakan
penderita hemofilia meninggal dunia pada usia dini.
Bila terjadi pendarahan/ luka pada
penderita Hemofilia pengobatan definitif yang bisa dilakukan adalah dengan
metode RICE, singkatan dari Rest, Ice, Compression, dan Elevation.
– Rest. Penderita harus senantiasa
beristirahat, jangan banyak melakukan kegiatan yang sifatnya kontak fisik.
– Ice. Jika terjadi luka segera
perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya dengan es.
– Compression. Dalam hal ini, luka
itu juga harus dibebat atau dibalut dengan perban.
– Elevation. Berbaring dan
meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi jantung.
Pengobatan Penyakit Hemofilia
Ada dua cara pengobatan Hemofilia,
Pertama, terapi on demand yaitu terapi saat terjadi perdarahan menggunakan
infus produk untuk menggantikan faktor pembekuan. Sedangkan yang kedua
profilaksis adalah infus faktor ke delapan secara rutin untuk mempertahankan
kadar minimum faktor VIII/IX dengan kadar konsentrasi untuk mencegah sebagian
besar perdarahan.
Perawatan Bagi Penderita Hemofilia
Penderita hemofilia juga harus rajin
melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin. Untuk
pemeriksaan gigi dan gusi, dilakukan minimal 6 bulan sekali, karena kalau
giginya bermasalah misal harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan perdarahan.
Selain itu penderita Hemofilia sedapat mungkin menghindari penggunaan aspirin
karena dapat meningkatkan perdarahan dan jangan sembarang mengonsumsi
obat-obatan. Untuk pelaksanaan operasi ringan hingga berat bagi penderita
hemofila harus melalui konsultasi dokter.
Mengonsumsi makanan atau minuman
yang sehat dan menjaga berat tubuh agar tidak berlebihan. Karena berat badan
berlebih dapat mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama
pada kasus hemofilia berat). Olahraga secara teratur untuk menjaga otot dan
sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuh. Kondisi fisik yang baik dapat
mengurangi jumlah masa perdarahan.
7.PENYAKIT HUNTINGTON DISEASE
Penyakit Huntington merupakan penyakit
autosoma yang langka. Penyakit ini ditandai dengan kelainan gerak yang
progresif dan sangat sering disertai oleh kemunduran beberapa aspek kesehatan
jiwa serta pada akhirnya demensia. Penyakit Huntington secara bertahap tampak
pada usia antara 30 dan 55 tahun, meskipun usia awal dapat bervariasi dari awal
masa kanak-kanak hingga usia lanjut. Gangguan kognitif dapat terjadi sebelum
penyakit terlihat jelas. (Elliot,2010).Penyakit Huntington jauh lebih umum
terjadi pada orang keturunan Eropa Barat dibandingkan mereka yang berasal dari
Asia atau Afrika. Penyakit Huntington adalah kelainan genetik neurodegeneratif
yang mempengaruhi koordinasi otot dan menyebabkan penurunan otot serta dementia
(kepikunan), yang secara lambat tapi pasti menyebabkan kematian.
Gejala Penyakit Huntington
Gejala penyakit Huntington umumnya
menjadi terlihat antara usia 35 dan 44 tahun, tetapi mereka dapat mulai pada
setiap umur dari masa kanak-kanak, sering ketika individu yang terkena memiliki
anak.
Gejala fisik awal yang paling khas
dendeng, acak, dan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol disebut chorea. Ini
adalah tanda-tanda bahwa sistem di dalam otak yang bertanggung jawab untuk
gerakan dipengaruhi. Fungsi psikomotorik menjadi semakin terganggu, sehingga
tindakan yang memerlukan kontrol terpengaruh. Konsekuensi yang umum adalah
fisik ketidakstabilan, ekspresi wajah yang abnormal, dan kesulitan mengunyah,
menelan dan berbicara. Penyakit Huntington disebabkan oleh mutasi dominan
autosomal dalam salah satu dari dua salinan gen individual bernama Huntingtin.
Gen Huntingtin biasanya menyediakan informasi genetik untuk protein yang juga
sering disebut ‘Huntingtin’.
Gangguan tidur juga adalah gejala
yang terkait. Remaja HD berbeda dari gejala-gejala ini umumnya berkembang lebih
cepat dan chorea dipamerkan sebentar, jika sama sekali, dengan kekakuan menjadi
gejala yang dominan. Serangan ini juga merupakan gejala umum bentuk HD.
kesulitan dalam mengenali ekspresi negatif orang lain juga telah diamati.
Pengobatan Baru Terhadap Penyakit Huntington
Penyakit genetika turunan yang
mengalami kerusakan pada sel-sel syaraf otak penderita secara perlahan
menjadikan penyakit Huntington sebagai salah satu penyakit langka yang
belum dapat disembuhkan. Namun sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr. Justo
Garcia de yebenes dari Madrid, Spanyol mengungkapkan hasil penelitian reaksi
positif obat pripodopine terhadap penderita penyakit Huntington.
Penelitian yang dipublikasikan dalam
the Lancet Neurology ini menunjukkan bahwa obat pridopidine mampu memperbaiki
gejala penyakit Huntington secara efisien dan tanpa efek samping terhadap
gerakan-gerakan penurunan fungsi motorik penderita sehingga dapat terkontrol.
Penyakit Huntington merupakan
penyakit dimana penderita tidak dapat mengontrol gerakan motorik mereka secara
sadar sehingga koordinasi gerakan, berbicara hingga menelan menjadi hal yang
sulit untuk dilakukan. Bersamaan dengan penurunan fungsi motorik, penderita
juga mengalami perubahan perilaku dan pikiran (kognitif) yang berlanjut menjadi
demensia atau pikun lebih cepat. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh
seorang dokter keluarga di abad ke-19 bernama George Huntington di Long Island,
New York dan hingga kini dikenal sebagai Huntington’s Disease – Penyakit
Huntington.
Meskipun penyakit ini merupakan
penyakit turunan, namun penderita baru akan mengalami gejala penyakit ini
secara perlahan di usia 40an. Dikatakan bahwa penyakit ini merupakan penyakit
turunan genetika akibat mutasi dominan autosomal pada gen keturunan Eropa
Barat. Apabila salah satu orang tua memiliki gen ini maka anak mereka akan
memiliki resiko sebesar 50% mewarisi penyakit bahkan menjadi penderita di
pertengahan umur mereka. Begitupula bila kedua orang tua memiliki kelainan
mutasi pada gen maka semua anak mereka akan terkena penyakit Huntington (100%).
Sayangnya penyakit ini membawa pada
kematian dini dengan kisaran waktu 15 hingga 20 tahun setelah gejala muncul.
Untuk itu pengobatan pridopidine ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
lebih kepada para penderita khususnya yang masih berada dalam tahap awal
sehingga masih mampu mengendalikan dan mengontrol gerak tubuh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar